Monday, April 23, 2012

Ketika Suami Tergoda Teman Sekantor

SEIRING dengan perjalanan waktu, hubungan baik suami isteri sering berubah memburuk. Itu bila salah seorang di antaranya telah berubah, baik secara fisik maupun sifat. Bila dibiarkan, hubungan itu makin lama akan terus memburuk. Itulah yang terjadi pada keluarga Marni --bukan nama sebenarnya, dengan Rudi --juga bukan nama sebenarnya. Padahal mereka telah memiliki dua orang putra, yang masing-masing berusia 11 tahun dan 7 tahun.

Keguncangan terjadi ketika Rudi kecantol pada Susi --bukan nama sebenarnya -- kawan sekantornya, yang juga sudah bersuami namun belum memiliki anak. Semakin hari, hubungan mereka makin dekat. Hampir tidak ada waktu luang yang tidak mereka gunakan untuk bersama. Seperti makan siang bersama dan pulang bersama. Mereka juga sering pulang sampai malam hari, karena sebelum pulang mereka sering menghabiskan waktu di cafe.

Ketika Rudi sering pulang malam, Marni memang telah curiga. Sebab jam tutup kantor Rudi biasanya hanya sampai pukul 17.00 Wib.  Namun kecurigaan hanya disimpannya dalam hati. Apalagi Rudi memberi alasan, bahwa dia pulang malam karena harus lembur menyelesaikan pekerjaannya. "Jangan-jangan betul dia lembur. Sebaiknya aku harus berbaik sangka pada suami sendiri," bisik hati Marni.

Tapi waktu luar di luar rumah semakin lama. Selain hampir setiap malam pulang larut, bahkan di hari-hari libur seperti Minggu, Rudi juga sering pergi "ke kantor". Kecurigaan Marni makin besar. Seorang pegawai biasa seperti Rudi, kok terlalu banyak lemburnya. Apalagi dari lembur itu Rudi tidak mendapat tambahan gaji. Malah jatah keperluan rumah tangga dari Rudi, justru berkurang dari biasanya.

Akhirnya Marni mulai berupaya mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi pada suaminya. Dia meminta Ponidi, teman adiknya yang tidak dikenal Rudi, untuk membuntuti Rudi sejak dari berangkat dari rumah sampai pulang. Berdasarkan laporan Ponidi, belang Rudi mulai terkuak. Setelah seminggu memantau pergerakan Rudi,  "perselingkuhan" Rudi tak  terbantahkan lagi. Bahkan untuk membuktikannya Ponidi mengajak Marni untuk membuktikan.

Begitu Rudi berangkat dari rumah, Marni pun bergerak ke persimpangan jalan pertemuan Rudi dan Susi setiap paginya. Di persimpangan itu dilhatnya Rudi berhenti. Tak lama kemudian dilihatnya Susi turun dari becak dan terus naik ke boncengan sepeda motor Rudi. Mereka lalu berangkat. Hati Marni mendidih melihat ulah suaminya. Tapi dia berusaha mendinginkan hatinya yang panas." Jangan-jangan mereka berboncengan karena sebatas teman sekantor," kata Marni dalam hati.

Namun hati Marni makin penasaran untuk membuktikan langsung. Bersama Ponidi dia mengintai Rudi dan Susi sehabis pulang kantor. Benar saja. Begitu jam kantor usai, Marni menyaksikan Rudi berboncengan dengan Susi. Marni dan Ponidi terus mengikuti dari belakang. Yang membuat Marni makin geram, berboncengan sambil memeluk pinggang Rudi. Lalu mereka singgah di sebuah kafe. Merasa cukup membuktikan perselingkuhan suaminya dan Susi, Marni pulang dengan perasaan hancur.

Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena masalah itu. Marni lalu minta tolong, Sudirman, atasan Rudi untuk menasehati agar Rudi dan Susi dipisahkan. Mungkin lantaran sudah dimabuk cinta, nasehat atasannya tidak dipedulikan Rudi. Bahkan dia marah kepada Marni karena telah melaporkan dia kepada atasannya.

Kemudian Marni meminta  Sudirman memindahkan Rudi ke kota lain. Permintaan Marni dipenuhi. Bagi Marni, biarlah tinggal jauh dari kampung mereka asal rumah tangganya tetap utuh. Marni berharap di kota baru itu mereka sekeluarga bisa menata kehidupan mereka ke arah yang lebih baik.

Tapi apa yang terjadi? Setelah dipindahkan, setiap bulan Rudi tetap pulang ke kota lama mereka. Rupanya Rudi telah menikah siri dengan Susi. Akhirnya hanya setahun di kota baru itu, Marni memutuskan untuk berpisah dengan Rudi. Setelah resmi bercerai, dia lalu meninggalkan rumah yang telah mereka bangun dengan segala isinya. Marni dan dua anaknya kini tinggal menumpang di rumah orang tuanya, sambil bekerja sebagai buruh pabrik.

Menurut Marni, setiap keluarga tidak tahu apa yang akan terjadi dengan masa depan keluarganya. Sejak menikah dengan Rudi, yang merupakan teman sekolahnya, dia berfikir kehidupan rumah tangganya akan baik saja. Secara ekonomi mereka termasuk berhasil. Setelah lima tahun menikah, mereka bisa membangun rumah berukuran besar. Namun takdir berkehendak lain dan mereka harus bercerai. Dan kini harus hidup dalam kesendirian.

No comments:

Post a Comment